EXO-L SEMESTER 14

EXO Gangnamdoll, Gangnam Road


27 Februari 2016. O..my God. Ternyata sudah lewat 3 tahun, sejak ‘pertemuan’ pertama ku dengan EXO. Sok-sokan pakai kata ‘pertemuan’ seolah aku mau nge-date dan menghabiskan makan malam di Namsan Tower dengan anak-anak EXO. Cukup, ini bukan fan fiction. Ini curhatan dari hati yang terdalam dan lama terpendam. Pertemuan ini tentang nonton konser The EXO’luxion #2 di ICE BSD City waktu itu. Pengalaman pertama nonton konser manusia-manusia yang dipuja. Kirain bakal gampang-gampang aja mekanismenya. Tapi…semua gak semudah yang dibayangkan. Setelah bus-leg semalaman perjalanan dari Semarang bersama EXO-L (nama fandom EXO), sampai di TKP ternyata kami masih harus ngantri pemeriksaan tiket yang panjangnya luar biasa. Kalian tahu, aku dan teman-teman mengantri dari pukul 5.30 pagi (kurang lebih) dan konser baru dimulai jam 7 malam. Mending kalo ngantrinya disediain kursi, heloow…kami harus berdiri mengular selama lebih dari 15 jam dan aku jabanin!. Demi apa? Demi siapa?. Segininya ya jadi EXO-L?. Tapi tak apa, akan ada hasil manis setelah perjuangan yang berat bukan?. Masih di tengah antrian, dan salah satu temanku memberikan kabar luar biasa. Salah satu member EXO, yaitu Lay, dikonfirmasi tidak bisa hadir karena jadwal syuting film. JEGLERR!!! Seperti tersambar petir, lebay memang. Tapi itulah yang aku rasakan. Lay adalah bias ultimate ku di EXO, tentunya dialah member nomor 1 yang paling ingin kulihat wujud aslinya. Tapi, Tuhan berkehendak lain (emoticon nangis), kami memang belum ditakdirkan untuk bertemu. Seketika itu aku menangis, iya beneran nangis..bukan nangis yang malu-malu, tapi nangis yang malu-maluin. Ini fakta, bahkan teman EXO-L ku masih menyimpan videoku saat menangis waktu itu. Bayangin aja, umpanya udah dandan cantik buat ketemu pujaan hati, eeh…si doi tiba-tiba bilang nggak bisa datang karena kucing peliharaannya kena muntaber dan harus dibawa kerumah sakit. Sakitnya tuh disini (nunjuk dompet) bang. Untung biasku Bang Lay, bukan Bang Kai (nama member EXO). Sudahlah, aku terima.

Akhirnya, pintu masuk sudah didepan mata. Saat itu ada kejadian tak terduga. Di tengah antrian panjang, tiba-tiba beberapa EXO-L menerobos dan melanggar antrian agar bisa segera masuk melalui pintu yang baru saja dibuka. Pintu masuk ada 2. Seorang teman yang baru saja ku kenal dalam antrian menahanku untuk tidak mengikuti barisan pembangkang itu, naah hingga tepat di barisanku (kebetulan aku nomor 1 dalam barisanku), diminta agar memasuki pintu lain yang baru saja dibuka oleh petugas. Yes! Ini hari keberuntunganku!. Segera saja aku berlari dan cepat-cepat merapatkan diri dipagar yang berjarak 1 meter dari panggung. 1 kali lagi, ini keberuntunganku. Tak ada Lay, tapi 8 member lainnya pasti bisa membayar duka hatiku.

Konser belum dimulai, tapi tingkah lebay kami memang tak bisa terhindarkan. Belum juga member EXO yang keluar, ini cuma asap loh asaaap, iya asap yang biasanya ada dipanggung-panggung konser itu, teriakan histeris kami melebihi suara lumba-lumba. Asap muncul teriak! Lampu panggung menyala, teriak! Lagu EXO diputar teriak! Dan saat EXO benar-benar sudah muncul dipanggung, kalian pasti akan mengira telah terjadi perang didalam sana. Aku teralu histeris, hingga membuat punggungku sendiri sakit. Saat itulah aku merasa bahwa aku memang seorang EXO-L.

1 cerita yang nyempil setelah aku nonton konser EXO. Setelah sampai dirumah, Mamak bertanya, “jadi udah puas?”. Dalam hati aku berteriak “mustahil”, tapi mulutku hanya bisa berkata “nnnggggg…” dan meringis seperti gadis bodoh. Mamak ku masih melanjutkan “Untuk sekali ini aja ya nontonnya, sayang duit. Mamak tahu loh harga tiket konser yang Pupun beli, Mamak searching di google sama Dedek (panggilan untuk adik laki-lakiku)”. Aku masih diam, Emak-emak jaman sekarang sudah terlalu berteman dekat dengan google, aku lupa. “uang segitu kan biasa buat beli kulkas atau mesin cuci, Pun” sambung Mamak. Aku mengerutkan dari, “Yakali Mak, Pupun kan maunya nonton konser EXO, bukan nonton konser mesin cuci bersenandung, atau kulkas yang nge-dance” ucapku. DALAM HATI.

Aku menyadari aku menyukai EXO sejak 3 foto member dirilis tahun 2011. Dan kalian tahu, saat itu aku pelanggan setia sebuah majalah remaja yang sangat update mengenai dunia KPOP. Yang membuatku tertarik adalah wajah Luhan (mantan member, hiks). Baru 3 member yang diperlihatkan Kai, Luhan, dan Tao (mantan kekasih, eeh..mantan member EXO maksudku). Aku tidak se-addict itu sebelum ada EXO, aku hanya suka nonton drama. Mendapatkan drama korea, juga nggak semudah sekarang, waktu itu aku harus rela menghabiskan uang untuk nongkrong diwarnet berjam-jam demi download drama dan video music korea. Jika toh dapat wifi dikampus, bisanya malam hari dan waktu terbatas dengan kekuatan mata menahan kantuk. Video yang didownload juga belum banyak ukuran, mentoknya 240p. Bisa dapat yang 360p plus subtitle adalah mukjizat!. 6 tahun bertahan menjadi seorang EXO-L itu berat namun sangat menyenangkan.

EXO memberiku semangat dan mimpi. Tentunya ceritaku tidak hanya berhenti setelah aku nonton konser EXO. Tahun 2017 seolah mendapatkan keajaiban. Aku memenangkan juara 1 contact center, dengan predikat platinum. Hadiahnya perjalanan ke Korea Selatan selama 5 hari!!. Bisa ke negri gingseng adalah cita-citaku sejak kelas 2 SMP. Teman-temanku sering berkata, impianku adalah impian konyol dan terlalu tinggi. Saat aku memberi mereka kabar bahwa aku akan ke Korea, justru mereka yang berlonjak-lonjak. Inilah kekuatan impian, mungkin seperti itu. Dan yang membuatku menang adalah semangatku dari EXO. EXO membuatku tak takut bermimpi, pengaruh mereka sangat kuat bagiku. Aku lah fans yang nggak bisa move on. Pernah ada cerita saat beli merchandise EXO di Jakarta, aku memang terlalu kalap jika sudah berkaitan dengan EXO. Si penjual menawariku t-shirt dan topi fandom lain, aku bilang “Saya EXO-L mba, hehe”. Si penjual bilang “waah fans setia, jarang loh bisa suka 1 grup aja”. Aku tersenyum dengan lubang hidung yang melebar, bangga. Kuakui, saat aku ditanya “kamu k-popers kan?” aku akan mejawab “bukan. Aku cuma EXO-L”. Faktanya memang begitu, aku tidak update dengan berita-berita idol grup lain atau sesuatu yang tidak berhubungan dengan EXO. Tapi kan orang-orang tahunya selama kita suka Korea ya berarti kita K-popers. Ya..begitulah. Dan sampai saat ini aku masih terjebak dengan EXO tanpa ada jalan keluar. Eotteohgeyo??? (emoticon ngelap ingus).

Jadi fans international itu nggak mudah. Interaksi harian adalah youtube, iya kalo jaringan bagus jadi nonton youtube pun bisa lancar. Ini Indonesia dimana kita mengandalkan kuota bukan wifi disepanjang jalan (kaya di Korea Selatan, hiks), kuota juga masih dipikir penggunaannya, kalo nggak, bisa overdosis dikantong akibatnya bisa colaps dan berakhir makan mie instans diakhir bulan buat anak kos-kosan seperti aku. Iri bangeet, bisa liat fans-fans beruntung yang bisa fanmeeting langsung sama EXO. Bisa tatapan mata, bisa ngasih hadiah, bisa kenalan, minta tanda tangan, minta disenyumin, minta diucapin ‘saranghaeyo, minta..minta..minta..terus, yang ada diusir dari acara fanmeeting!. Jangankan fanmeeting, bisa dinotice di IG atau V-Live aja, udah berasa menjadi gadis paling beruntung di dunia. Pinginnya sih jadi fans yang  stay cool, terserah deh orang lain beruntung bisa melakukan apa saja dengan EXO, yang penting aku menyukai EXO. Maunya sih begitu, tapi nggak bisa. EXO itu godaan. Terlalu penuh godaan. Apa yang mereka tawarkan akan mempengaruhiku. Seperti saat tiba di Dongdaemun (salah satu daerah di Korea yang aku kunjungi), hampir separuh uang sakuku ku habiskan disana karena merchandise EXO bertebaran dan melambai-lambai memanggilku. Parahnya aku tak bisa menolak, akhirnya koperku hanya penuh dengan CD, postcards, lighstick, topi, dan ah! Kalender EXO. Ya Tuhan. Aku memang keterlaluan jika berkaitan dengan EXO. Oh!! Aku hampir melupakan kejadian seru saat detik-detik terakhirku di Korea Selatan. Jadi, malam terakhir disana, aku merengek pada roommate ku agar bisa mengantarku ke Gangnam, guna mencari gedung SM Entertaiment yang fenomenal itu. Manajement tempat EXO bernanung. Aku  menginap di wilayah Insadong. Dan jarak Insadong ke Gangnam itu gak dekat. Catet. Saat itu sudah jam 11 malam, kami pergi ber 7. Akhir musim semi dan awal musim gugur, karena aku kesana bulan Oktober dan gerimis sudah mulai turun malam itu. Aku berniat ke Gangnam, sedangkan 6 lainnya hanya ingin menikmati perjalan kereta bawah tanah di Korea. Naik kereta juga nggak segampang itu, sebenernya naiknya sih gampang, yang susah nyari rute kereta yang sesuai. Nekat aja sih, akhirnya setelah bertanya kesana kemari kita dapat kereta menuju Gangnam. Sempet berhenti di tengah jalan, karena salah turun stasiun. Hmm. Tapi nggak apa, toh kereta disana nyaman, aman dan on time, dan jangan khawatir kesasar karena manusia disana aktif 24 jam. Sampailah kita di Gangnam. Perjuangan baru dimulai. Ke 6 lainya ternyata hanya berfoto di salah satu ikon Gangnam, ‘patung kerangka PSY-gangnam style’  kemudian pulang ke hotel. Beberapa menit lagi sudah tengah malam, dan kereta malam terakhir pukul 00.30. Untung saja, roomateku setia. Namanya Fitri, lebih suka dipanggil Pitonk. Mungkin karena raut wajahku yang begitu melas, akhirnya Pitonk menwarkan diri menemaniku mencari gedung SM Entertaiment.

Dengan keterbatasan bahasa Korea, dan arah. Aku mengandalkan kefasehan Pitonk berbahasa Inggris. Sayangnya, tidak semua orang Korea bisa bahasa inggris. Kami bertenu 2 mahasiswa (tampaknya) seorang perempuan dan seorang laki-laki. Kebetulan mahasiswa perempuan ini bisa sedikit berbahasa inggris, dan kami menanyakan cara menuju ke wilayah Gangnam-daero, hasil searching di google mengatakan alamat gedung SM Entertaient berada di 423, Apgujeong-ro, Gangnam-gu. Si Embak korea ini bilang kalo mau kesana sebaiknya naik taxi karena jaraknya lumayan jauh. What the..?? jam segini nyegat taxi? Yang ada dipikiranku saat itu, ongkosnya bakalan mahal. Tapi Si embak ini juga bilang, jam segini susah nyari taxi, padahal aku lihat didepan mataku taxi bersliweran. Ternyata kebanyakan taxi-taxi itu sudah dipesan melalui aplikasi khusus yang hanya bisa di aktifkan di Korea. Nah lohh. Si embaknya juga nggak bisa bantuin mesen taxi karena udah pesen duluan katanya. Oke lah, seenggaknya informasi dari embak korea ini sangat membantu. Jadilah kami berdua luntang luntung di tepi jalan tengah malam berharap, ada taxi yang mau memungut kami. Hingga dilambaian tangan yang kesekian kalinya, datanglah taxi ‘hero’ itu. Aku masih ingat sekali supir bernama ‘Cho Nam Wook’ menghampiri kami dan menawarkan tumpangan ke lokasi yang kami tunjukkan. Aku memanggilnya ‘ahjussi’. Nam wook ahjussi terlihat sudah berumur, beliau berkata kami berdua mengingatkannya akan anaknya dirumah. Nam wook ahjussi tidak pandai bahasa inggris, bahasa koreaku juga sangat minim, jadi kami hanya bisa saling mengerti saat ada 1 kata yang kami pahami. Ahjussi ini baik sekali, beliau mengenal Bali, aku dan pitonk diajari beberapa bahasa korea, karena kami tak mau kalah, kami juga mengajarinya bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Walau belibet, ahjussi mengharagai bahasa Indonesia. Setelah percakapan panjang, dan perjalanan lumayan jauh. Aku melihat barisan gangnam-doll (kalian tahukan patung boneka grup idol di pinggir jalan itu (sebaiknya searching untuk lebih jelas) dipinggir jalan, disanalah aku minta berhenti. Saat memberitahukan niat kami hanya ingin berfoto, ahjussi cepat-cepat menawarkan tumpangan lagi untuk mengantar kami ke hotel. Beliau mengatakan khawatir pada kami, apalagi malam hari sangat sulit mendapatkan taxi langsung. Setelah tawar menawar harga kami mau, dan kejutan! ahjussi mau membantu kami mencari gedung SM entertainment. Aku baru tahu, tidak semua orang korea tahu gedung-gedung manajement idol-idol korea loh. Aku hampir putus asa, saat bertanya kesana kemari tentang gedung SM. Saat menelusuri gang-gang sempit saat itulah aku menemukan gedung yang kucari. Benar-benar tersembunyi dan senyap. Kukira tadinya gedung ini akan berada dipinngir jalan raya. Nyatanya tidak!. Aku dan pitonk menghabiskan beberapa menit untuk berfoto, bahkan ahjussi ikut turun untuk membantu memotret kami tanpa diminta. Bantuannya tak akan aku lupakan seumur hidup, bahkan kartu nama yang diberikan saat kami di taxinya masih kusimpan sampai saat ini. Setelah selesai, ahjussi memberi kejutan lagi, dengan 1 layar computer di taxi dan 3 devices lainnya, beliau memutar video EXO (didalam perjalanan aku sudah meceritakan aku menyukai EXO dan aku seorang EXO-L). Dalam perjalanan pulang, kami merasa tengah berada dalam bar dimana yang terdengar dalam taxi hanya lagu EXO dan lampu mode disco. Ini pengalaman luar biasa, pelayanan seorang  supir taxi di Korea kuberikan 10 jempol. Tidak mungkin aku bisa melupakan malam terakhir di Korea Selatan yang sangat luar biasa itu.

Jadi EXO! Aku sudah berusaha meraih impian karena kalian, tak bisakah kita bertemu kembali dilain hari?. Kuanggap ini harapan dan impian bodohku yang lain. Tapi kenapa? Kenapa aku masih tak mau menyerah, eoh??. KENAPA??. Kalian bisa hidup sesuka hati kalian, tanpa ada setitikpun bayanganku di pikiran kalian. Seharusnya aku juga bisa begitukan??. Walau tak adil, aku tak ingin menyerah, karena saat satu impianku terwujud, aku membentuk impianku yang lain. EXO! tunggu saja.

SM Ent. Building


Komentar

Postingan Populer