Tulisan Menuju Break
Aku pernah mengatakan pada Phirly, sahabat dan roomate ku. Aku ingin bekerja yang tidak perlu berinteraksi dengan orang lain. Aku ingin bertani. Dalam benakku itu bukan candaan. Aku serius ingin bertani. Bertani yang kumaksud mungkin lebih ke istilah berkebun. Aku ingin ternak kaktus. Mengurus tumbuhan sebanyak-banyaknya. Kemudian aku bisa tetap melanjutkan hidup dari penghasilanku ternak kaktus. Jadi kelak, kegiatanku di hari tua, cukup bangun pagi, menyiram kaktus-kaktusku, merawat rumah, bersih-bersih, dan menjaga suamiku dengan baik. Walau tampak seperti sebuah fatamorgana. Tapi aku ingin meyakininya.
Aku sudah malas berurusan dengan orang-orang. Terlebih orang-orang toxic. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan gamblang seperti apa toxic yang aku maksud. Jika ada yang membaca tulisan ini, banyak orang yang akan merasa bahwa aku membicarakan orang-orang itu. Blog ini kubuat untuk menuliskan apa yang ada dalam pikiran dan apa yang aku rasakan. Jika tulisan-tulisan ini tidak berlanjut, artinya aku sudah mati rasa.
Kemarin, setelah aku curhat ke Phirly tentang 'kepatah-hatian' ku, Phirly mengajaku karaoke. Mungkin itu satu-satunya jalan untuk melimpahkan dan mengeluarkan setan patah hati itu. Aku juga mengatakan, mungkin jika aku manusia korea aku akan mengajaknya untuk minum soju, seperti yang aku katakan di tulisan sebelumnya. Tapi jika kupikir hari ini, betapa bodohnya aku jika aku sampai melakukannya. Karaoke hanya akan menguras dompetku, lagipula jika hanya untuk beteriak dalam menyanyi aku bisa melakukannya di kamar kos ku. Lalu, soju?. Hah..jangan harap, memikirkan dosanya saja akan menambah beban hidupku. Seharusnya aku berpikir seperti Yun Pyo ssaem. Dia meninggalkan segalanya untuk menjadi anak Tuhan. Walau berbeda kepercayaan, setidaknya aku bisa mencontoh itu. Maksudku, mengapa aku tidak fokus akhirat saja?. Itu jalan paling indah yang bisa dipilih.
Semakin kesini, semakin tua, seharusnya aku semakin sadar. Bahwa apa yang aku lakukan akan menjadi bekalku kelak. Kurasa semua orang mengetahui itu, hanya kadang keadaan lebih menggoda. Seringnya, aku hanya menghabiskan waktu dengan hal-hal tidak berguna, menghabiskan uang begitu saja, memikirkan orang yang jelas-jelas tidak akan memkirkan ku juga. Sungguh percuma. Tapi ada hal-hal yang kutakutkan, ada hal-hal yang aku hindari. Bahkan dalam tulisan di blog ku pun, aku tidak berani menyampaikannya. Kadang aku juga tidak tahu, apa sebenarnya aku khawatirkan. Dalam otakku banyak hal yang berputar, seperti blender yang diisi banyak buah untuk dijadikan jus. Saking banyaknya buah yang dimasukkan, aku hingga tidak tahu, apa nama jus yang sesuai. Dan itu keadaanku saat ini.
Kadang aku juga berharap, aku seperti orang-orang dengan pikiran "gila" diluar sana. Di negri-negri lain.Yang menikah jika butuh, jika tidak butuh yasudah tidak perlu menikah. Tapi jenis tetangga di luar negri dan keyakinanku mengajarkan hal yang berbeda.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. An Nur: 32).
Untuk saat ini aku memang belum butuh menikah. Tapi bukan berarti aku tidak mau. Aku tidak mau menikah hanya untuk memuaskan orang lain, tapi karena memang aku telah siap atau aku mau.
Hadeeh, aku tidak tahu sebenarnya apa yang salah denganku. Aku menjalani hidup lempeng-lempeng aja. Tapi mengapa terasa berat, hingga membuatku tidak bisa bertambah gemuk, justru membuatku bertambah kurus. Pengaruh nggak sih?. Biarlah, sebaiknya aku mulai berbenah kembali.
NB : Sepertinya langit di luar sudah mulai mendung dan btw tiba-tiba aku mendengar surah al-quran.
Komentar
Posting Komentar